Jumat, 11 September 2009
RUNTUNHNYA KUMUNISME UNISOVIET
Krisis kembali terjadi. Setelah satu dekade melewati krisis finansial 1997/1998, dunia kini dihadapkan pada krisis ekonomi yang bahkan terburuk dalam 60 tahun terakhir. Dampak krisis ini dirasakan oleh hampir seluruh negara baik kaya maupun miskin.
Krisis besar kali ini berasal dari krisis kredit macet perumahan berisiko tinggi (subprime mortgage ) di Amerika Serikat.[1] Kemacetan ini kemudian berdampak pada tersendatnya perputaran modal yang membuat banyak bank dan perusahaan besar di AS terguncang. Satu per satu perusahan-perusahaan besar dunia seperti Lehman Brother ambruk. Jejaring ekonomi global membuat runtuhnya perusahaan-perusahaan besar di AS ini berdampak luas hingga ke negara-negara berkembang di Asia terutama di kawasan new emerging markets seperti China dan Korea Selatan.
Dunia sebenarnya telah mengalami beberapa kali depresi ekonomi. Depresi Besar pernah terjadi pada tahun 1930-an, kemudian beberapa dekade berikutnya terjad krisis bank simpan pinjam di AS tahun 1980-1990, krisis perbankan dan ekonomi negara-negara Nordik awal 1990-an, krisis perbankan Jepang 1997, dan krisis finansial Asia 1997. Krisis kali ini berepisentrum negara-negara maju khususnya AS sehingga negara-negara itulah yang paling parah mengalaminya.
Runtuhnya Hegemoni Amerika
Sudah hampir tujuh dekade sejak Perang Dunia II AS menjadi kekuatan ekonomi global dengan sistem yang dinamis sesuai dengan pekembangan ekonomi dunia. Proteksionisme dan liberalisme beserta berbagai variannya silih berganti mewarnai perekonomian global. Dengan Marshal Plan-nya AS mulai menebar akar-akar hegemoninya di negara-negara Eropa. Kemudian kolonilisme Eropa di Asia dan Afrika secara tidak langsung juga menanamkan pengaruh AS. Setelah PD II berakhir, AS mulai menanamkan pengaruhnya langsung di negara-negara bekas jajahan Eropa seperti Indonesia.
Berakhirnya Perang Dingin menjadi titik puncak prestasi AS dalam mengukuhkan akar hegemoninya di seluruh dunia baik secara ekonomi, politik, militer maupun ilmu pengetahuan dan teknologi. AS melenggang menjadi satu-satunya negara superpower. Sejak saat itu, tentu saja AS merancang strategi untuk “menguasai dunia”. Sudah sejak menjelang runtuhnya Uni Soviet, AS mulai menerapkan konsep neoliberalismenya di negara-negara sekutunya untuk memperkokoh kekuatan ekonomi negara-negara sekutunya dan juga tentunya memperkokoh hegemoninya atas negara-negara itu. AS kemudian mendirikan lembaga-lembaga keuangan seperti WTO dan Bank Dunia. Walaupun dua institusi keuangan tersebut cakupannya global, namun pada hakekatnya merupakan wujud perpanjangan tangan dominasi AS pada negara-negara sekutu beserta “konco-konconya”.
Dengan neokapitalimenya AS sengaja menanamkan ketergantungan ekonomi pada negara-negara sekutu dan sahabanya untuk menjamin AS tetap menjadi satu-satunya kekuatan ekonomi global. Namun pada perkembangannya, ambisi AS tidak tercapai di Eropa karena negara-negara yang tergabung ke dalam Uni Eropa berhasil keluar dari kemelut ekonomi dan hegemoni AS. UE akhirnya menjadi satu kekuatan ekonomi baru di dunia. Namun mereka kemudian bersama AS tetap menghegemoni negara-negara berkembang di Asia maupun Afrika.
Pada dekade terakhir abad 20 dan awal abad 21, mulai muncul kekuatan-kekuatan ekonomi baru di Asia yang mencoba untuk menandingi hegemoni AS dan Uni Eropa seperti China dan Rusia. Berbeda dengan Jepang dan Korea Selatan yang merupakan sekutu AS di Asia, kebangkitan ekonomi China dan Rusia membayang-bayangi hegemoni AS khususnya di Asia karena dua negara itu adalah bekas rival AS selama Perang Dingin.
Krisis ekonomi global yang terjadi sejak akhir 2008 ini pelan tapi pasti dapat mencerabut akar-akar hegemoni AS di Asia. Bahkan krisis kali ini berpotensi merontokkan perekonomian domestik negara tersebut. Lebih dari itu, krisis ekonomi ini berpotensi juga menimbulkan kegoncangan sosial politik di AS. Perusahaan-perusahaan besar runtuh, jumlah pengangguran meningkat, anggaran bagi sektor-sektor penting berkurang, dan lain sebagainya. Kebijakan pemerintah AS untuk memberikan dana talangan kepada perusahaan-perusahaan bermasalah pun belum pasti mampu mengembalikan kondisi ekonomi seperti semula dalam waktu yang singkat.
Negara-negara yang sejak awal tidak berada di bawah hegemoni AS seperti China dan Rusia dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk meningkatkan daya tawarnya dalam ekonomi dan politik dunia. Hal ini menemukan momentumnya dalalm kesepakan G-20 belum lama ini yang memberikan kesempatan lebih besar kepada negara-negara berkembang untuk dapat berkompetisi secara adil dengan negara-negara maju. Negara-negara maju khusunya AS kini sangat memerlukan dana-dana segar dari negara-negara Asia. AS kini benar-benar menghadapi rendahnya jumlah pembelian akibat peningkatan jumlah pengangguran. Dalam tiga bulan terakhir 2008, angka pengangguran di AS bertambah 500.000 per bulan dengan jumlah penganggur tahun lalu mencapai 6 juta orang, sementara output ekonomi anjlok 6 persen dibandingkan periode sama tahun 2007.[2] Fakta tersebut adalah kesempatan emas bagi negara-negara berkembang untuk mendongkrak posisinya dalam kancah ekonomi dan politik global, bahkan bila perlu melepaskan diri dari jeratan hegemoni AS.
Peta Politik Baru
AS kini di ambang kehancuran. Begitulah kira-kira prediksi sederhana bila kita melihat kembali sejarah proses kemunduran atau kehancuran negara-negara besar masa lalu. Runtuhnya Uni Soviet berawal dari kemunduran perekonomiannya. Begitu pula Inggris yang pernah menjadi superpower sebelum Perang Dunia. Bahkan imperium besar Ottoman pun yang usianya ratusan tahun (1326-1924) runtuh akibat resesi ekonomi.
Ekonomi adalah sumber kekuatan utama sebuah negara. Ketika ekonomi lemah, maka sektor-sektor lain pun akan lemah. Negara yang mengalami permasalahan ekonomi akan mengurangi anggaran di setiap sektor seperti militer, ekonomi, pendidikan, administrasi dan lain sebagainya. Hal ini akan menimbulkan gejolak sosial. Di samping itu, negara itu akan semakin rentan akan rongrongan/intervensi pihak-pihak luar. Bila negara itu memiliki banyak musuh, maka kondisi semacam itu sangat mengancam keamanannya. Begitulah kira-kira posisi AS sekarang ini.
Paling tidak ada dua pekembangan baru politik dunia akibat krisis ekonomi global ini. Pertama, melunaknya sikap politik AS dan negara-negara Uni Eropa terahadap negara-negara berkembang. Saat pasar dalam negeri melemah, jumlah pengangguran meningkat, aliran modal tersendat, nilai tukar mata uang melemah, negara-negara maju sangat memerlukan dana segar atau investasi langsung untuk menutupi kerugian akibat sebab-sebab di atas. Tentu saja negara-negara berkembang tidak dapat begitu saja menuruti keinginan negara-negara maju. Sebagai negara yang berdaulat mereka pun akan memanfaatkan kesempatan itu untuk meningkatkan daya tawarnya . Sedangkan negara-negara yang tidak mempunyai kepentingan langsung dengan AS dan Uni Eroopa dan sejak awal menjadi tidak harmonis dengan kedua kubu tersebut, akan semakin leluasa bertindak sesuai kehendaknya. Sebagai contoh, Korea Utara semakin agresif. Belum lama ini negara komunis itu meluncurkan satelit pertamanya ke angkasa. Korut sudah memperhitungkan bahwa AS, Jepang dan Korea Selatan tidak akan bertindak lebih dari pada mengecam, karena ketiga rivalnya tersebut sedang menghadapi kemelut ekonomi yang serius sehingga tidak mungkin menyulut perang.
Sebenarnya secara mendasar perubahan awal bisa dilihat dari terpilihnya Barack Obama sebagai presiden AS. Krisis finansial menyebabkan warga AS tidak lagi mendukung kebijakan-kebijakan agresif George W Bush yang menyebabkan perekonomian AS terganggu. Bila Bush kembali memimpin AS maka akan membahayakan posisi AS sendiri. Politik luar negeri Bush yang agresif akan membawa AS pada kehancuran di saat AS sedang menghadapi resesi ekonomi serius. Bila itu terjadi maka AS akan mengalami proses kehancuran ala Uni Soviet.
Kedua, semakin terbukanya pemerataan ekonomi internasional. Titik episentrum krisis kali ini berada di negara-negara maju. Maka mereka lah yang paling parah menderita akibat krisis tersebut. Di sisi yang lain, ada kekuatan-kekuatan ekonomi baru muncul, yaitu China, Rusia dan India. Ketiga negara ini memiliki bargaining position yang tinggi di mata negara-negara maju. Sementara itu negara-negara berkembang lain semakin merapat ke ketiganya. Kehadiran ketiga kekuatan tersebut dapat mengimbangi dominasi negara-negara maju atas perekonomian negara-negara berkembang. Bahkan tidak menutup kemungkinan dalam waktu dekat ketiga negara ini secara ekonomi dapat disejajarkan dengan negara-negara Uni Eropa dan AS.
Di bidang militer, muncul pula kekuatan-kekuatan baru yang diperhitungkan AS dan sekutu-sekutunya yaitu China, Rusia, Iran. Karena didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang kuat, maka wajar bila China dan Rusia meningkatkan anggaran militernya. Sedangkan Iran walaupun secara ekonomi masih berada pada level rata-rata negara berkembang, namun memiliki teknologi militer yang cukup tangguh dan mandiri. Iran pun menjalin kedekatan militer dengan Rusia dan China. Iran pun secara diplomatis dekat dengan Suriah, Libia dan Amerika Latin seperti Venezuela, Kuba dan Bolivia. Semua ini memberinya posisi tawar yang tinggi di mata AS, Uni Eropa dan Israel.
Untuk saat ini mungkin belum terlalu jelas terlihat pergeseran blok-blok baru baik militer maupun ekonomi, karena dampak krisis masih menuju pada puncaknya. Yang jelas dua pola perubahan ini menciptkan peta persebaran kekuatan ekonomi dan militer yang lebih merata. Kondisi semacam ini diharapkan akan lebih menciptakan stabilitas politik dan pola hubungan yang adil/merata di antara negara-negara maju dan berkembang. Kesempatan untuk menjadi sebuah negara maju lebih terbuka bagi negara berkembang
PUISI DELIMA HATIKU
DILEMA HATIKU….
Apa kau tau??
Aku berusaha untuk mencintaimu…
Menyayangimu dengan hati,..
Bukan dengan kata.,.
Apa kau tau??
Betapa sulitnya aku mencintaimu
Kurasa ini adalah hal terberat bagiku saat ini
Tak ada yang bisa menyenangkan hatiku
Semua membuatku seperti tanpa arti
Tapi itu semua seperti tak berarti bagimu..
Bahkan kau seperti orang lain..
Kau berharap aku akan mencintaimu dengan setulus hati
Tapi kau tak paham perjuangan hati yang sedang ku hadapi
Aku kini tengah melawan rasa ku pada orang lain…
Sedih dan ragu dalam hatiku…
Itu semua dengan mudah bisa menghilangkan perasaanku terhadapmu
Mungkin kau bisa saja senang,tapi aku tak pernah bahagia…
Dulu kau raih cinta dengan hati
Setelah kau temukan cahya terangnya
Kau seperti tak butuh
Kau biarkan dia terdiam tanpa tempat
Kini kau tau…
Aku ingin mencintai orang lain…
Maaf jika itu semua akan salah
I’m 500ry 1f that all wiLL hurT y0u
Now I kn0w l0ve n3v3r come 4 m3
L0v3 just c0me t0 my im4gin4ti0n
N0 in re4LL re4Lity
Th4nks 4 y0ur jusT c0min9…
N0 trU3 l0v3 1n my lif3,,..
I’m n0t al0n3,,,
But…
I feLL 4L0n3 and L0n3….
I’m 9irL that Lo53 h3r h0pp3ness
“l0ne 9irL”
BY RAHMI
SEBAB-SEBAB MENINGKATNYA GLOBALISASI
sebab-sebab meningkatnya globalisasi
Selasa, 08 September 2009
LAKI-LAKI LEBIH PINTAR DARI WANITA
lbh pinter dr wanita
mungkin karna laki laki
punya kepala dua
meskipun yang satu kecil
tapi kan otaknya lebih encer...